Minggu, 28 April 2013

Bebaskan Hati, Terbangkan




Beberapa orang menunggu, dan beberapa orang lainnya tak tahu sedang ditunggu.

Lantas salahkah dia jika dia terus berjalan ke depan? Semakin menjauh.

Orang yang jatuh cinta namun hanya menunggu, lebih sia-sia dari menggarami air laut. Jangan pernah salahkan orang yang ditunggu jika mengungkapkan perasaan saja tak mampu.

Kebesaran cinta tak bisa diukur dengan seberapa lama menunggu, tetapi seberapa berani menungkapkannya dengan tulus dan cara yang indah.

Cinta yang utuh tidak layak menunggu terlalu lama, karena seiring berjalannya waktu hati itu akan habis dimakan sendiri.

Mencinta diam-diam adalah hal paling egois di dunia. Tak ada yang lebih egois dari seseorang yang memenjarakan hatinya sendiri. Begitu besar egonya menahan rasa cinta yang begitu ingin menyeruak ke luar, terbang bebas ke hati yang ingin disinggahinya.

“Aku takut hatinya enggan menampungku.“

Itu hanya alasan yang diada-ada sebuah sangkar hati yang egois. Hati sudah terlalu kenyang dengan alasan aku tak pantas untuk dia, aku bukan siapa-siapa baginya, dia tak menginginkanku, dan alasan egois lainnya.

Jangan kekang cinta. Bebaskan, terbangkan, maka ia akan kembali dengan sangkar barunya yang indah, untukmu. Layaknya burung camar terbang mengarungi sore yang indah di pesisir pantai.


Aku terduduk di sini. Di persimpangan jalan menjadi saksi kamu pergi. Sejak kamu pergi, dingin menyerang lagi. Namun kali ini bertemankan sepi.

Aku menyaksikan punggungmu perlahan menjauh. Meninggalkan aku dengan hati berjuta gaduh. Entah akankah kamu kembali berlabuh. Tepat di mana hatimu pernah terjatuh.

Aku tak bisa menjadi cahaya. Dalam setiap langkahmu yang penuh lara. Hingga kamu akhirnya memilih dia. Tinggal aku berpeluh luka.

Aku hanya berangan. Menjadikanmu sejuta kenangan. Dalam hati yang penuh harapan. Lupakan aku? Jangan.

Kamu tak perlu meragu. Jika kelak kamu lupa aku. Aku masih di sini terbujur kaku. Obati luka satu persatu.

Kepada Kamu, dari Pundak yang Tak Pernah Lelah



Sudah berapa tetes air mata yang keluar karenanya, dan aku yang mengusapnya?

Sudah berapa senyum yang hilang karenanya, dan aku yang memunculkannya?

Kamu tak pernah benar-benar sadar, atau pura-pura tak sadar apa yang aku lakukan selalu saja tentang kamu. Semoga bukan karena kamu tak mau sadar.

Melakukan apa pun untukmu selalu membuatku resah. Tidak, aku tak memikirkan balasan yang mungkin tak akan aku terima, atau senyum yang sedari awal bukan untukku. Aku hanya gelisah apakah kamu bertahan karena adanya cinta, atau terpaksa. Sampai akhirnya aku menyadari satu sosok dalam cermin. Aku yang bertahan, untukmu.

Entah. Aku tak tahu benar ini tentang cinta. Namun yang aku tahu, cinta memang berkorban sampai sebegininya. Pengorbanannya tak pernah terbatas. Sayangnya kadang tak pernah berbalas.

Akan tetapi apakah cinta yang agam harus bertahan sampai lebam?

Pundakku tak punya kata lelah menampung segala resah dan air matamu untuknya. Ya, tak pernah untukku. Kamu menangis kepadaku, tapi tangisanmu bukan untukku. Setelah semua yang aku lakukan, seketika kamu tersenyum kepadaku, tetapi kemudian menyimpan sebagian besarnya untuk dia.

Jangan salahkan aku terus mendoakanmu bersedih, karena hanya saat itu kamu datang, duduk di sampingku, merebahkan kepala di pundakku.

BENANG KUSUT menuju hatimu



Foto: spesial

Mencintai kamu tak pernah mudah. Seperti mengumpulkan sekeping demi sekeping peta menuju hatimu. Sudah kususuri lika-likunya, akan tetapi tak kunjung mencapai cintamu. Bahkan sampai menyentuh pun tidak.

Kadang aku tak mengerti, apakah aku yang tidak cukup berusaha meraihnya, atau jalan menuju ke sana yang terlalu rumit? Ya, aku sedang berbicara tentang hatimu. Jika kamu memang punya perasaan yang sama denganku, mengapa bisa serumit ini?

Atau kamu hanya berusaha memperumitnya agar aku tak pernah sekalipun berhasil sampai ke sana?

Apakah cinta seperti ini? Hanya satu pihak yang berusaha meraih ke pihak lainnya?

Aku yakin itu, cintamu begitu berharga. Oleh karenanya aku rela mati berdiri sambil mencari jalan menuju ke sana. Namun apakah arti cintaku bagimu? Sehingga semuanya harus selalu aku. Apakah hatiku tak cukup berharga bagimu sehingga kamu tak berusaha menggapainya sama sekali?

Aku merasa langkah yang harus aku tempuh menujumu seperti benang kusut. Dan aku terjerat di dalamnya. Tak pernah menggapai ujung, tak juga mampu keluar.

Tolonglah, sayang, jangan biarkan aku mencari yang lebih sederhana. Aku hanya mau kamu. Maka, maukah kamu menyederhanakan cinta?

Sederhanakan cinta. Sesederhana namaku diucap ibu dalam doa.

Lembaran Baru yang Tertinggal



Halaman demi halaman aku tulis, bersama kamu. Sekian lama harusnya kisah ini cukup kamu mengerti. Atau aku mestinya cukup pahami. Namun cinta tak pernah sederhana. Pahit, iya.

Pena dengan tinta hitam kita ukir selengkung demi selengkung. Beberapa halaman penuh coretan karena amarah yang merana, atau kadang terciprat cemburu yang memburu.

Semuanya kita lanjutkan, karena aku anggap hidup harus terus berlanjut. Dan cinta ini, adalah hidup. Setidaknya bagiku. Aku sudah meninggalkan halaman usang di belakang. Aku berpegang sampai nyawa ini kuregang, kamu yang aku sayang. Setidaknya sampai rasa itu hilang. Entah terjadi atau tidak, ah, jika iya rasanya begitu malang.

Aku mencintamu dengan terlanjur. Aku rela merebahkan jasad hingga terbujur. Kamu diam seribu bahasa, aku lelah menenun asa. Sekali lagi, tak bisakah kamu menunggu? Mencoba mengerti? Atau mungkin sedikit saja pahami? Yang aku tulis dalam hati selalu kamu yang kucintai.

Pegang pena ini bersama, guratkan kisah kita.

Ah, maaf, cerpen kita maksudku. Nampaknya cerita ini terlalu singkat untuk disebut kisah.

Engkau Pergi Bersama Mimpi Mimpi



Tak lupakah kamu dengan apa yang sudah kamu lakukan?

Kamu datang seperti duri, lalu pergi seperti mimpi. Tanpa diminta. Namun ketika aku sedang benar-benar menginginkannya, kamu hanya memberi ruang hampa. Apa yang kamu lakukan ini, semata cinta, atau hanya permainkan rasa?

Jangan buang waktumu dengan membuang-buang waktuku. Jika tak ingin miliki hati, jangan bawa pergi bahkan berlari dan tak kembali. Kembalikan hati itu ke tempat semula jika kamu memang tak berminat lipurkan lara.

Aku menghela napas.

Baik. Aku biarkan kamu pergi bawa hatiku. Tapi beri tahu aku, siapa sebenarnya yang membawa hatimu, hingga kamu tak memilikinya sama sekali untukku?

Bagaimana, Jika .....



Terus saja memendam rasa. Memang tak terasa sampai semuanya hampa.

Apakah kamu pernah membayangkan? Kamu terus memendam rasa untuknya. Melihat gerak demi gerak tubuhnya. Membayangkan setiap senyumnya. Kemudian merefleksikannya di langit-langit kamar. Lalu secara otomatis mengembangkan senyummu sendiri, hingga kamu merasa gila dan insomnia dalam waktu bersamaan.

Kamu pernah merasakan? Mengendap-endap. Mencuri pandang akan indah dirinya. Menimbang-nimbang akan menyapanya. Mengurungkan semua niat seraya membuang muka ketika dia menengok ke arahmu. Di saat itu juga kamu kesal karena tak mendapatkan sapanya, tetapi bahagia karena dengan menegok ke arahmu, berarti dia menyadarimu.

Apa kamu pernah mengharapkan? Menapaki jalan yang berbeda setiap harinya. Kemudian menghentikan pencarian jalan dan terus melewatinya ketika tahu bahwa dia juga menginjakkan kaki di sana. Berpapasan dengannya secara pura-pura tidak sengaja.

Pernahkah kamu memikirkan? Semua sumringah yang menyelinap ke dalam kelopak mata. Mengganggu semua mimpi yang hendak hadir. Mengubah semua benak menjadi layar putih, memproyeksikan khayalan demi khayalan tentang dirimu. Hanya karena kamu menyebut namaku, meski tidak dengan benar.

Namun apakah kamu pernah melamunkan? Bahwa sesungguhnya dia melakukan hal yang sama denganmu, hanya saja dia sama keras kepalanya denganmu. Kepala batu dan hati berliannya memaksanya memendam perasaan, seperti kamu.

Semuanya dilalui sampai waktu yang lama, lebih lama dari yang pernah kamu bayangkan. Hingga masing-masing dari kamu lupa, kemudian menemukan sangkar hati yang baru. Bagaimana jika, ketika kamu merasa bahwa yang kamu dapatkan sekarang benar-benar untukmu, kamu mendapati dia yang pernah kamu cinta dalam diam, ternyata juga mencintaimu. Dalam diam.

Bagaimana jika…

Aku Menunggu dalam Bayang-Bayang Ini






Hitam. Kelam. Legam. Lebam. Masa lalu bersamamu begitu hitam. Rasanya begitu kelam. Tak terlihat karena legam. Namun begitu terasa hingga membuat lebam.

Kamu seperti bayang-bayang. Terus mengikuti ke mana langkahku pergi. Rasanya ingin pergi, tetapi langkah bayangmu lebih cepat mengikuti.


Kamu sudah jauh berada di depan, akan tetapi bayangnya begitu dekat di belakang. Apa yang bisa aku lakukan? Hanya mengira-ngira, apakah bayangan itu akan memeluk dari belakang, atau berencana menusukku dengan belati dendamnya.


Akhirnya, aku memutuskan untuk diam. Karena semakin aku berlari, semakin lelah aku mencari. Rasanya, sia-sia saja aku melangkah, bayangmu begitu lekat. Terpaksa aku kembali ke masa laluku yang aram, hanyak agar bayanganmu yang terus mengganggu akhirnya karam.


Sayangnya, seiring dengan terbitnya mentari di pelupuk hati, bayang itu datang lagi.

Senyum Getir Malam Itu




Kamu tidak tahu apa-apa tentang degup tak berirama ini. Degup jantung yang seraya seperti akan meledak ketika kamu memanggil namaku pertama kalinya dengan benar. Ya, pertama kalinya kamu memanggil namaku tanpa salah eja, posisi hurufnya tersusun dengan rapi. Tak seperti posisi jantung ini yang sepertinya sudah berada di luar.

Aku, dengan lebih sigap dari seekor ibu tupai yang anaknya sedang diancam anjing, melompat mendekatimu, menanyakan ada apa. Kekuatan langit apa yang bisa membuatmu melakukan hal semacam tadi, memanggilku, dengan benar pula. Aku selalu penasaran dengan segala hal tentang kamu -meski aku sudah tahu dengan mengandalkan segala kemampuan ‘detektifku’-, akan tetapi aku tetap saja kehausan kabar tentang kamu. Kamu mengajak aku ke suatu tempat, yang katamu menjadi tempat favorit ketika ingin mengobrol hal serius dan sedikit berbau rahasia.

Tentu dalam sekejap aku merasa lebih spesial dari sepotong martabak telur dengan komposisi dua telur. Aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya akan kamu beritahukan. Jantungku sepertinya sudah tidak berada di tempat, tetapi aku masih bisa merasakan detaknya yang kencang. Tebakan demi tebakan melintasi pikiranku. Sekuen demi sekuen yang mungkin terjadi lewat begitu saja tanpa permisi.

Dan sampai akhirnya kamu dan aku duduk berdua, saling tatap, seperti yang selama ini aku impikan, aku bayangkan namun tak terwujudkan. Selama ini memang seperti ini keadaan yang aku rencanakan untuk mengungkap cinta kepadamu. Lengkap dengan lampu kekuningan yang agak redup ini. Namun aku masih penasaran apa yang ingin kamu katakan, apakah seperti apa yang selama ini aku rasakan.

Aku menunggu beberapa patah kata yang akan terucap dari mulut mungilmu itu, tentu masih sambil menahan diri untuk tidak pingsan. Kamu terlihat begitu gugup, kemudian menarik napas panjang. Dan akhirnya kamu angkat bicara.

“Aku suka temanmu. Bagaimana aku supaya bisa dekat dengannya? Bantu aku.”

Aku tersenyum getir.

Selanjutnya, aku habiskan hari itu dengan berjalan sendirian.

Tak ada malam yang lebih menyesakkan dari malam-malam yang aku lalui setelah hari itu.

Kita ? hanya sisa sisa rasa PUTUS ASA






Foto: spesial


Aku mencari-cari. Aku mencari sosok dirimu. Mengikuti sejejak demi sejejak langkahmu. Membaui bayang demi bayang. Semuanya menuntunku pada satu tempat yang sepertinya tak asing lagi.


Di tempat itu aku melihat ke sekeliling, terhampar padang ilalang membuat mata memincing. Matahari oranye melukiskan siluet wajah yang aku kenal. Bukan kamu.


Aku mencari lagi, ke tempat bumi tak berputar lagi. Tempat di mana yang berkuasa hanyalah hati. Namun apa yang aku dapat? Masih kamu, dalam bayangan.


Aku membuka pintu usang, di baliknya hanya jurang. Aku melihat ke dalamnya. Tidak tidak. Aku menatap jurang itu. Aku tahu aku pernah bertemu dan menatap sedalam ini. Ya, matamu.


Di dasarnya aku menemukan kamu. Kamu yang dulu.


Dan kini kita, hanyalah sisa-sisa rasa putus asa.

Tamparan untuk pemendam rasa



Duduk. Dan berpikirlah.

“Aku yang lebih sayang sama kamu dibanding dia!”

Kalimat itu bukanlah sebuah persoalan, karena besar atau tidaknya sebuah sayang tidak akan berarti apa-apa kalau semua itu cuma dipendam.

Memendam perasaan bukan cara yang bagus untuk menunjukkan seberapa besar sayangnya kamu untuknya.

Risiko terbesar memendam perasaan adalah melihat dia dimiliki seseorang yang sayangnya tidak sebesar sayangmu.

Mau sayangmu lebih besar dari sayangnya, atau biarpun kamu yang lebih dahulu jatuh cinta padanya, semuanya sia-sia jika hanya dipendam.

Kamu boleh bangga punya sayang lebih besar atau lebih dulu jatuh cinta padanya, tapi pemenangnya tetap mereka yang mengungkapkan.

“Memendam perasaan” adalah makhluk yang akan menggerogoti hati sendiri… sampai habis. Tak bersisa.

Memendam perasaan adalah bom waktu. Tinggal tunggu, meledak menjadi ungkapan perasaan, atau menjadi ledakan tangisan.

Memendam perasaan karena takut jika mengungkapkan malah membuat jauh? Justru dengan memendam, kamu menjauhkan hati kamu, dengan hatinya.

Mereka yang sayangnya lebih besar tapi dipendam, terduduk di pojok hati penuh ruang. Mereka yang mengungkapkan, tersenyum menang.

Perasaan. Semakin dipendam, semakin tenggelam. Dalam diam.

Pada akhirnya, sayang yang lebih besar, cinta yg lebih dulu ada, tak ada apa-apanya jika dibandingkan rasa yang diungkapkan.

Untuk kamu yang memendam perasaan, selamat menunggu… selamanya.

Writing about you





I write about you just to tell you that you are more than beautiful for me.

I write about you just to keep you in my mind, in my life. Maybe it’s the only thing I could do to keep you around me.

I write about you just to keep me awake and to disenchant me that you are just a dream. And it’s too good to be true.

Writing about you is the only thing that keep me away from insanity. At least, I stay at the ‘delusionally unwell’ level.

I make beautiful writings I could ever done about you just to remind me you’re the best thing ever happened to my life.

Writing about you is just about reading all the memories with you, and whispering all my hopes to you.

I write about us because I’m afraid that you will erase all the memories. And I’m too afraid there will be no “us” at all.

Unfortunately, you never understood. Or I haven’t been good enough to make you understand.

Kamu, Jangan Pergi




Jika kamu pergi, senyum ini untuk siapa lagi? Lalu ke mana larinya lengkung bibir itu? Hanya menyelinap ke dalam pori-pori mimpi?

Jika kamu pergi, ke mana lagi aku layangkan alunan rindu ini? Ke telinga Cupid yang sudah lumpuh menembakkan panah cintanya kepadamu? Ke jari-jari kedinginan yang tak pernah kamu genggam lagi?

Jika kamu pergi, apa lagi yang bisa aku tulis tentang sayang ini? Tentang ketiadaan kamu? Tentang pundak kosong tak berpenghuni yang merindukan sandaran kamu?

Jika kamu pergi, akan aku lipat menjadi apa kertas yang biasa aku buat menjadi burung atau kupu-kupu kesukaanmu? Atau hanya harus kuubah menjadi mawar yang kelopaknya gugur perlahan? Atau harus kubentuk menjadi sebuah nisan yang di atasnya tertulis kenangan kita?

Jika kamu pergi, siapa lagi yang aku tunggu menjadi penyemangat di saat-saat tersulitku? Aku harus menunggu suara burung hantu di tengah malam, seakan mengejek atas segala kekalahanku? Atau cukup ditemani keheningan malam, mendinginkan hati?

Jika kamu tak kembali, apalagi yang pantas aku tunggu mengorbankan sisa waktu hidupku? Menunggu hingga usia menggerogoti jasad ini? Bahkan dengan bantuan rindu, jiwaku tak akan tersisa.

Kamu, jangan pergi.

Berharap Lagi Rasa Itu Mati





Foto: Mark Ryan

Aku bersembunyi di balik sepi.

Tangisan berselimut dalam kesunyian.

Dan perasaan, tertutup agungnya pertemanan.

Setidaknya itu menurutmu.

Bagimu, pertemenan ini memang hanya pertemanan. Ya, aku tak bisa menyalahkan itu. Yang bisa aku lakukan hanyalah menyalahkan diri sendiri yang terus saja mengingkari hati, bahwa rasa ini bukan sesuatu yang berarti.

Semua kedekatan kita. Canda tawa saat berbicara tentang hal yang kamu suka. Semua senyum yang kureka, tak sepenuhnya nyata. Senyum itu tulus, hanya saja terlempar dengan getir. Layaknya rasa yang aku tahan, rasa yang terbalut dalam kalut.

Aku tak bisa menyampaikannya. Aku hanya tak ingin menghancurkan apa yang selama ini kita bangun. Dan pada akhirnya, aku tancapkan kail ragu, kalut, dan takut pada rasa ini, kemudian menggantungkannya di relung hati. Sambil berharap itu mati. Sendiri.

Semuanya berubah, ketika akhirnya aku sadar rasa itu semakin gagah. Membentur-benturkan dirinya ke dinding jiwa, membuatku hampir gila.

“Aku hanya temannya!” pekikku.

Aku kembali berdiam di balik dinding pengecut. Dinding egois yang memisahkan rasa ini dari hati yang ingin diraihnya. Aku ikat erat-erat sayang yang sudah terlanjur pekat.

Rasa itu tak kunjung pergi, malah aku yang hampir mati. Aku tak sanggup lagi. Jika memang semuanya harus berakhir di sini, aku harus rela hati.

Aku langkahkan kaki dengan kepala tertunduk. Terlalu banyak kata-kata dan kemungkinan yang menyeruak di kepala. Aku abaikan, aku berdiri di depanmu. Aku katakan, “Aku cinta kamu.”

“Mengapa tak dari dulu?” tanyanya heran. “Aku sudah dengan yang lain.”

Sekali lagi. Aku berharap rasa itu mati. Setidaknya jika harapanku terkabul, rasa itu mati dengan tenang, karena sudah kuungkapkan semua.

Rabu, 13 Maret 2013

Sebuah Pesan Tentang Keadaan







Bukan sebuah heran, angin laut sore menyejukkan. Bukan mimpi, gemuruh ombaknya terdengar bermelodi. Bukan rahasia, semua terasa seperti itu ketika jatuh cinta. Dan bukanlah keadaan, jika tak bisa membuat yang indah menjadi ketakutan.


Kata orang, cinta sesuatu yang megah. Namun kadang megahnya tertutup keadaan kemudian kalah.


Keadaan di mana pada diri satu orang, atau keduanya terdapat cinta tapi masing-masing atau salah satunya sudah memiliki pasangan. Keadaan di mana dua orang saling sayang, tapi orang tua berkehendak lain. Keadaan di mana dua orang saling cinta, tapi berbeda Tuhan –yang katanya satu. Keadaan di mana seseorang jatuh cinta, tetapi yang satunya terasa terlalu sempurna untuk dia. Mungkin masih banyak lagi keadaan-keadaan di luar sana yang menyisakan kepahitan.


Mengapa seringkali sebuah cinta tumbuh di keadaan yang tidak memungkinkan? Apakah sebuah cinta adalah tumbuhan yang tidak peduli habitatnya berkeadaan seperti apa, hanya membutuhkan ketulusan? Akan tetapi, apakah ketulusan saja cukup untuk bersama? Tidak, untuk bersama, juga butuh keadaan.


Begitu pula dengan keputusanku memendam perasaan. Ini semua, sedikit banyak karena keadaan. Apa yang tumbuh dalam hati seiring aku memandang senyummu, melihat tawamu, menatap binar matamu, harus aku pendam sendiri.


Selagi menunggu keadaan –yang mungkin tak akan datang–, aku guratkan tinta hati hingga senja menjelang. Aku kemas surat itu dalam beningnya botol ketulusan, dan membiarkannya bebas di luasnya lautan kemungkinan.


“Jika memang jodoh, kita pasti akan bersama.” Ah, akhirnya aku mengatakan itu. Mengatakan kalimat bagi orang yang kalah dalam perjuangan mendapatkan seorang pujaan.


Aku tak ingin menjadikan keadaan sebagai pesakitan. Karena sudah terlalu sering kata itu berlalu-lalang di kisah kehidupan. Kamu boleh caci aku karena mengungkapkan rasa pun tak berani. Tapi mungkin kamu juga tahu, bahwa kadang melawan keadaan tak semudah yang pernah ada dalam mimpi.


Dan biarkan pesan dalam botol ini, tetap menjadi rahasia hati.


Kerinduan


Untuk seseorang yang selalu hadir dalam tiap gumpalan nafaskuu

kekasihku ..
message in a bottle

saat aku menulis ini, malam telah meretas geming . Tertunduk aku seraya memandang langit yang di tudungi oleh bias sinar rembulan. betapa inginnya aku, kau berada di sisiku saat ini . aku ingin merasakan getar nafasmu saat kau biarkan kepala ku jatuh di pundakmu. kedua tangan kita berangkulan erat . Seolah-olah, tak ada yang dapat memisahkan kedua jiwa kita yang telah melebur menjadi satu, aku sudah bukan lagi kamu, aku bukan lagi aku. kita berdua telah menjadi kita :)

"YOU COME TO LOVE NOT BY FINDING THE PERFECT PERSON, BUT BY LEARNING TO SEE AN INPERECT PERSON PERFECTLY" . Aku rasa kalimat itu sungguh benar bagiku . Mencintai seseorang berarti menerima kekurangan nya, sekaligus berusaha melengkap nya. Manusia lahir tak ada yang sempurna sehingga dia memerlukan seseorang untuk melengkapi hidup nya , kita berdua sama2 tidak lah sempurna total. Ada gumpalan kekosongan dan kelemahan yang mengisi semesta tubuh kita. tetapi kita saling mencintai, kita justru menemukan diri kita masing-masing telah sempurna ada nya. sebab, kita telah menemukan serpihan puzzle dan belahan jiwa yang akan melengkapi setiap relung kosong dalam diri kita ..

kasihku, satu-satu nya huruf A dalam hidupku, aku merasa jarum jam berputar lebih cepat ketika aku bersama mu, bebarkah itu? ataukah itu hanya perasaanku saja? yang pasti, tak terasa waktu berpusaran dalam lesat nya. sudah lebih setengah tahun kisah ini kita lakoni bersama, bahagiakah kamu? aku teramat sangat bahagia. dalam setiap pertemuan kita, kau tak pernah lupa menyunggingkan seulas senyum manismu. kau genggam tanganku sepanjang kita bersama.

setelah sekian lama aku berlayar mengelilingi samudera yang luas, berkelana dari satu pulau demi pulau lain, memandangi satu demi satu rembulan yang berjatuha, merasai gumpalan udara yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain, akhirnyaa ku temukan sebuah pelabuhan terakhir bagiku. dan pelabuhan itu tak lain adalah dirimu..
untuk seseorang yang bayangnya selalu ada di dalam percik sinar matahari

kekasihkuu..

saat aku melihat lautan yang diselimuti oleh kemilau senja, aku jadi teringat keindahan dirimu yang berhasil membuatku menemukan separuh diriku yang hilang. dirimu dan laut. , tetapi sejujurnya aku berani bilang bahwa dirimu lebih indah daripada langit dan laut .. ya, sungguh lebih indah daripada keduanya, serupa dgan judul puisi yang sangat amat aku sukai dari seorang penyair perancis "tue es plus belle que le ciel et la mer". (kau lebih indah daripada langit dan laut). puisi itu memang menceritakan bagaimana kita mencintai diri kita sendiri, tetapi aku ingin mendedikasikan sepotong judul itu hanya untukmu..

dalam tulisan ini, kusisipka selarik senyumku, segumpal rinduku, serta partikel-partikel cintaku dari dalam bilik hatiku.
sejak kita saling cinta, tiada lagi takut yang berkuasa atas diriku, andai mentari enggan bersinar esok pagi, aku percaya, cinta kita tetep dapat memberi terang bagi kehidupan di bumi ini ..
terus lah mencintaiku sebesar aku mencintaimu, biarkan api cinta itu membakar kita hingga lebur dan membaur tak terpisahkan
untuk huruf A yang sudah menjadi pengawal hari-hariku..

kasihku, ada sebuah cerita yang ingin ku kisahkan kepada mu..

pada mula nya adalah laut yang menyimpan cintanya terhadap senja, entah sudah berapa abad lama nya laut menyembunyikan perasaan cintanya dan tak pernah berani mengungkapkan nya kepada senja . setiap kali senja menghiasi langit, laut tak pernah alpa untuk memandanginya . bila senja berganti malem, laut akan bergejolak dalam kesendirian nya, diam-diam, dia merintih dalam hati nya, berharap waktu cepat bergulir agar esok hari nya dia bisa bertemu kembali kepada senja yang indah, lama kelamaan, perasaan cinta yang terpendam itu sudah tak bisa di tahan nya lagi..

pada suatu sore, laut tak ingin kehilangan senja lagi, dia berniat untuk memiliki nya , meraih nya secara utuh
laut mendorong tubuhnya stinggi-tingginya untuk mencapai senja. meskipun dia telah berusaha sekuat tenaga, tetap saja dia tak berhasil mencapainya, malahan, perahu-perahuyang bergerak di atas tubuhnya bergulingan, orang-orangyang sedang berenang tak mampu menyelamatkan diri nya dan ikut tergulung dalam gelombangnya yang kuat dan tinggi

laut berusaha keras, tetapi tak membuahkan hasil, hati nya remuk redam, cinta nya pupus sudah, dia mengamuk. gelombangnya yang tinggi mengacau.. ombak kencangnya menghenpas ke arah daratan, kemarahan dan kekecewaan laut sangat lah besar
cerita itu mengingatkan ku tentang suatu masa kecil ku, setiap kali aku melihat burung yang terbang melintasi langit, terbesit aku untuk memiliki sepasang sayap itu, aku ingin sekali menemukan nirwana yang menurut cerita terletak di balik gumpalan awan, tetapi aku tak mungkin bisa memiliki sepasang sayap itu. sering kali, aku hanya menatapi burung-burung yang berterbangan dengan tatapan putus asa

aku ingin sekali mencapai nirwana yang tersembunyi di balik lapisan awan biru. pernah suatu ketika aku bermimpi aku menjadi seekor burung , aku begitu bahagia menemukan sepasang sayap melekat pada tubuhku yang ringan melayang, ku kepakkan perlahan hingga tubuhku membumbung tinggi, tapi pada suatu titik ketinggian, entah mengapa tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan melayang jatuh perlahan-lahan . begitu tubuhku membentur permukaan tanah, aku segera tersentak bangun dari tidurku dgan cucuran keringat dingin

ketika aku menemukan dirimu, aku baru mengerti makna mimpi ituu. pernah sekali ku coba terbang menemukan nirwana di balik langit, tetapi aku tergelincir jatuh, namun kalau aku berada di sisimu, aku tak lagi perlu terbang membawa nirwana itu, sebab telah kau cipta negeri indah itu , tepat di dalam hati ku..

untuk seseorang yang telah menggenapi hidupku dgan cinta
kekasihkuu..

betapa bersyukur nya aku telah menemukan dirimu, merajut hari demi hari dengan gelafak rindu dan cinta kita , menjalani tiap detik dgan penuh semangat, setiap pesan pendek dan telepon mu menjadi pasokan energi yang amat sangat berarti untukku . membuatku tak pernah menyunggingkan senyum. membuat bibir ku membisikkan nama mu kala aku belum terlelap pada malem-malem senyap. aku terlahir tak sempurna, tetapi bersamamu aku menjadi sempurna...
setengah tahun lebuh kita susuri bersama rindu, senyum, tawa, dan tanggis. semuanya bercampur baur menjadi satu, menyunguhkan warna warni dalam jejaring waktu yang kita lalui
setiap kali kita usai bertemu dan kembali ke kediaman masing-masing , aku selalu merasakan rindu yang menyergap, andaikan aku adalah sang waktu. pasti akan ku putar waktu dgan cepat sehingga rindu itu akan segera tergenapi dgan sebuah pertemuan selanjutnyaa

kekasihku, percayalah, kelak kita akan menjalani hisup bersama di suatu sudut dunia. biarlah hanyaa kita berdua yang mengerti perasaan itu. cinta hadir bukan untuk di teorikan atau di jerat dalam aneka aturan.
di temani serumpun rindu

aku selalu mencintaimu.. semesta diriku hanyalah untukmu

Bunga Gardenia Putih (kaca Piring)


Setiap tahun pada hari ulang tahunku, sejak usia 12 tahun, setangkai bunga gardenia (kacapiring) putih dikirim ke rumahku tanpa anma. Tak pernah ada sepucuk kartu atau catatan, dan upaya menelepon ke toko bunga sia-sia karena pemeblian dilakukan secara kontan. Tak lama kemudian, aku pun berhenti mencoba menemukan jati diri si pengirim. Aku nikmati saja keindahan wanginya yang semerbak, sekuntum bunga putih sempurna penuh daya pikat dibungkus dalam lipatan selembar kertas tisu merah muda yang lembut.

Namun aku tak pernah berhenti membayangkan siapa gerangan pengirimnya. Beberapa kenangan yang paling menyenangkan pun masuk dalam impian, tentang seseorang yang menggairahkan dan menakjubkan, tetapi terlalau malu atau eksentrik untuk memeprkenalkan dirinya. Di masa remajaku, sungguh menyenangkan membayangkan si pengirim mungkin seorang anak lelaki yang telah ku hancurkan hatinya atau mungkin juga seseorang yang tidak ku kenal yang menaruh perhatian padaku.






Ibu ku sering kali menambah-nambahi dugaan-dugaanku. Dia bertanya padaku, kalau-kalau ada seseorang yang terhadapnya telah melakukan suatu perbuatan baik, yang mungkin kemudian diam-diam menunjukan penghargaannya. Dia mengingatkanku pada saat-saat ketika aku sedang mengendarai sepeda dan tetangga kami mengendarai mobilnya penuh dengan barang belanjaan dan anak-anak. Aku selalu membantunya menurunkan barang dari mobil dan menjaga anak-anaknya agar tidak berlarian ke jalan. Atau boleh jadi si pengirim misterius itu adalah si orang tua diseberang jalan. Aku selalu membantu mengambilkan suratnya diwaktu musim dingin, sehingga ia tak perlu menuruni tangga rumahnya yang diselimuti es. Ibuku berusaha keras mengembangkan imajinasiku tentang bunga gardenia. Ia ingin anak-anaknya menjadi kreatif, ia selalu ingin agar kami merasa dicintai dan dihargai, tak hanya olehnya, tetapi oleh seluruh dunia.



Ketika aku berusia 17 tahun, seorang pria menghancurkan hatiku. Pada malam hari terakhir kali ia menelepon, aku menangis sampai lelap tertidur. Ketika aku terbangun pagi hari, ada sebuah pesan tertulis dengan lipstick merah di kaca ku, “ketahuilah dengan sungguh-sungguh, bila yang setengah dewa pergi, dewa-dewa pun akan datang”. Lama akau merenungkan kutipan yang berasal dari Emerson itu, dan aku membiarkan tulisan itu ditempat ibuku menuliskannya sampai hatiku pulih. Dan ketika aku mencari pembersih kaca, ibu ku pun tahu bahwa segalanya telah pulih kembali.

Tetapi ada sejumlah luka yang tak bisa disembuhkan ibuku. Sebulan sebelum wisuda SMA, ayahku tiba-tiba meninggal karena seranagn jantung. Perasaanku campur aduk mulai dari sekedar duka sampai ke merasa ditinggalkan, takut, tak percaya serta kemarahan yang meluap-luap karena ayahku telah melewatkan satu momen terpenting didalam hidupku. Aku pun sama sekali tidak bergairah terhadap acara wisuda mendatang, drama kelas senior serta peserta dansa, acara-acara yang telah aku persiapkan dan tunggu-tungu. Aku bahkan berminat untuk tinggal dirumah dan masuk perguruan tinggi dari pada pergi jauh sebagaimana yang telah kurencanakan, karena hal ini terasa lebih aman.

Ibuku, ditengah kedukaannya sendiri, tak menginginkan aku sampai kehilangan hal-hal penting seperti itu. Sehari sebelum ayah meninggal, kami berdua pergi membeli pakaian dansa dan kami temukan satu yang mengagumkan. Terbuat dari bermeter-meter kain swiss berbintik-bintik, merah, putih, biru. Mengenakannya membuatku merasa bagaikan Scarlett O’Harra. Tetapi ukurannya tak pas,d n ketika ayahku wafat keesokan harinya, aku melupakan sama sekali soal pakaian itu.

Tetapi ibuku tidak. Sehari sebelum pesta dansa, aku mendapatkan baju itu tengah menungguku, dalam ukuran yang pas. Ia terbentang dengan anggunnya di atas sofa ruang tamu, terpampang dihadapanku dengan cantik dan artistic. Barang kali aku tak peduli etntang baju baru, tetapi ibuku peduli.

Dia memperhatikan bagaimana kami, anka-anak menghargai diri kami sendiri. Ia menanamkan pda kami rasa takjub atas keberadaan kami di dunia, dan dia memberikan kepada kami untuk melihat keindahan bahkan ditengah-tengah kesengsaraan.

Sungguh ibuku ingin agar anak-anaknay melihat diri mereka bagaikan bunga gardenia: indah, kuat, sempurna dengan aura menggairahkan dan barangkali sedikit misteri.

Ibuku meninggal ketika aku berusia 22, hanya 10 hari setelah aku menikah. Dan sejak tahun itulah bunga-bunga gardenia tak datang lagi

Kamis, 21 Februari 2013

Sahabat Sejati Itu Seperti Apa?



Sahabat sejati memang sangat jarang dijumpain mengapa? Banyak dari kita sendiri yang belum bisa memikirkan perasaan teman dan malah sebalik nya teman yang kita cari untuk dijadikan sahabat malah tidak suka dengan orang seperti kamu padahal kamu sudah melakukan yang terbaik terhadap nya. 

jadi mencari sahabat itu memang susah namun sebagai seseorang yang masih remaja tentunya persahabatan sangat penting karena segala permasalahan yang kita alamin bakalan di dengar oleh yang naman nya sahabat selain orang tua. Jadi sahabat sejati itu seperti apa?


Sahabat sejati itu sama seperti cinta sejati sudah terikat janji untuk saling bersama dan saling perhatian ketika sedang dilanda masalah dan dilanda kesenangan, namun beda nya kalau sahabat sejati itu kan berdasarkan cinta untuk pertemanan sedangkan cinta sejati itu dari cinta ingin memasuki kehidupan rumah tangga. Nah Sahabat sejati akan selalu memperhatikan kamu mulai dari 0 hingga 10 maksudnya apa itu? Mulai dari Penampilan kamu hingga kelakukan yang kamu lakukan, jadi sahabat sejati bakalan selalu menasehati kamu tentang apa yang sedang terjadi terhadap dirimu dengan catatan membangun dirimu lebih baik lagi bukan menjatuhkan kamu. 

Sahabat sejati itu suka yang namanya bercanda namun tidak berlebihan karena bisa saja bakalan terjadi yang namanya salah sangka sehingga hubungan persahabatan bakalan menjadi renggang. Nah caranya untuk tidak terjadi hal seperti itu mesti dilakukan yang namanya minta maaf pertama kali dan menjelaskan semua permasalahan yang terjadi ini akan membuat sahabat mu atau kamu sendiri mengerti.
perSahabat sejati tidak akan pernah bersenang-senang sendiri pasti dia akan selalu memberitahu mu kalau dia lagi ada disini atau disana (misalkan).

 Itu disebabkan karena sahabat sejati akan selalu nyaman di dekat mu atau senang karena persahabatan yang di erat sudah seperti abang adik. Sahabat sejati tidak akan pernah yang namanya memanfaatkan dia akan selalu ikhlas dalam berbuat tanpa meminta pamrih kecuali 1 yakni tetap persahabatan itu terjalin, karena seorang sahabat tidak ingin sahabatnya merasa menderita akan permasalahan.

sahabat sejati itu intinya selalu perhatian/ikhlas membantu kamu dan didunia ini pasti kalian semua akan menemukan sahabat sejati karena mereka tidak lah jauh dari kita melainkan kita sendiri yang harusnya mendekatkan ke mereka dengan cara menjadikan hidup sendiri lebih baik dan senang di lihat orang maka teman-teman kamu bakalan menjadikan kamu teman pribadi yang saling memperhatikan (Sahabat).

Senin, 28 Januari 2013

Bukan SEANDAINYA Dia Tau

Pernah gak sih kamu sebelum tidur mandangin langit-langit kamar?

Tapi kali ini bukan sambil senyum - senyum sendiri, tapi sambil menatap nanar dan menerawang ngebayangin semua kejadian demi kejadian yang kamu lewatin bareng dia..
Iya, dia yang paling berharga buat kamu, tapi ternyata kamu ga seberharga itu buat dia..
Rasanya kamu pasti pengen teriak didepan dia biar dia sadar, biar dia mikir, tapi ga bisa. Yang bisa kamu lakuin cuma nunggu, nunggu dia peka, nunggu dia sadar.

Lalu timbul pertanyaan besar yang terus berputar dibenak kamu sekarang..
Dia gak peka atau gak peduli? Dia gak punya otak atau gak punya hati?
Kamu gak pernah berharap dia salah satu dari itu, tapi kenyataanya dia bisa aja keduanya, gak peka dan gak peduli.

Gak kerasa air mata menetes, kamu masih nerawang ke langit-langit kamar.
Mungkin sambil berharap keajaiban datang.
Gak apa keajaiban itu gak menghampiri kamu, tapi minimal bisa menghampiri dia supaya dia sadar betapa besar kamu ngebutuhin dia saat ini juga .

Tapi biar kamu tersakiti sampai segininya, dan dia gak peduli sampai segitunya, kamu bisa apa?
Kamu tetep gak bisa kemana - mana kan?
tetepi sayang itu ga bisa kemana-mana lagi kan?
Keinginan move on selalu ada, tapi dia terlalu berharga kan? Ahh...

Seandainya dia tau sedang dicintai sebegitu besarnya, mungkin...
Entahlah, sebaiknya gak perlu berandai - andai.
Jadi bukan seandainya dia tau, tapi harusnya dia tau..

Minggu, 13 Januari 2013

Aku Menangis untuk Adik Ku

AKU dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang kelihatannya semua gadis di sekelilingku membawanya. Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.


"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.


Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"


Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.


Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"


Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"


Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menghulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.


Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."


Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).


Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"


Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu di tubuh adikku, dan tercekat dalam kata-kataku, "Aku tidak peduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."


Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.


Kali pertama aku membawa sahabatku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..."


Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.


Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berulang kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, jika meninggalkan dusun, kami tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."


Suamiku menjadi direktur di pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.


Suatu hari, adikku berada diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"


Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar-ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.


Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.


"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sepasang sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."


Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling berhak mendapatkan ucapan terima kasih dariku adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sunga


i.

Sabtu, 05 Januari 2013

Two Figures Who Have To Figure It Out


The bitterness of the heart will be sore in our lives 
A retaliation will leave the pieces of broken hearts
Some injuries in the past would only mislead the present

Two individuals who should be role models
Two creatures that should unite themselves
Two figures that should understand the meaning of peace
Two beings who should be in love
Instantly transformed into two different human

Should get caught up in the wrong life path?
Should learn from mistakes over and over?
Where is the meaning of love?
Immediately turned into a question mark

My cute sweet romantic students


mengajar ? dan dulu saya mempunyai dua siswa yang masih kanak2 munkin swasta.. mereka adalah seorang gadis yang manis dan seorang anak laki yang lucu dan gemuk ..

Mereka seperti "Ababil". Sikap dan suasana hati tidak bisa ditebak. Kadang-kadang, mereka membuat saya tersenyum. Sering, mereka membuat saya gila. Namun, saya selalu mencoba untuk bersabar.

Semakin nakal mereka, Semakin saya membenci mereka .. Semakin aku membenci mereka ? .... Semakin aku mencintai mereka. Malam ini, saya memiliki percakapan "lucu" dengan anak gemuk lucu itu . Namanya adalah Leo ..

Berikut adalah percakapan antara Leo sewaktu masih ngajar .

saya : Hey, Leo .. Silakan melakukan latihan kamu! miss akan memberikan sesuatu yang lucu setelah ini.

Leo: Apa yang akan miss berikan? Beritahu aku! * merengek ingin tahu *

Saya: Tidak .. Selesaikan latihan kamu yang pertama!

Setelah menyelesaikan latihannya ...

saya: sudah ? baik  .. Pertama-tama, miss ingin nanya kamu .. Apakah kamu suka bintang?

Leo: Hmm ... Hmmm .. tidak .. Leo tidak suka bintang ... Aku benci Bintang!

saya: are u sure? Lihat Bintang saya yang pertama! ;) * Saya memberinya bintang kertas lucu *

Leo: Wawww .. * melihat bintang dengan mata berbinar *

Saya: Apakah kamu suka? * wink *;)

Leo: Ya, aku suka bintang ini ... tapi, aku benci bintang di langit!

Me: Mengapa Leo membencinya ?

Leo: Aku benci karena aku tidak bisa menyentuhnya .. -. - '

Saya: Oh :) .. sekarang kamu dapat menyentuh ini bintang kertas, kan?

Leo: Ya, aku berharap aku bisa meraih bintang nyata di langit. aku akan mengambil satu bintang untuk miss .. :)


saya: benar? so sweet! : ') Tapi, kenapa kau hanya mengambil satu bintang?

Leo: karena sulit untuk mengambil banyak bintang di langit, Miss! >, <

saya: oh hahaha , tidak masalah leo , makasih untuk kamuu ya !!


Nah ..Leo yang masih 7 tahun. saya tidak pernah membayangkan bahwa ia bisa mengucapkan kata-kata yang indah bagi saya. Dia tampak tidak bersalah, tapi romantis! :)

A Breakable Heart

This heart feels pain..
It’s not because of love
It’s not because of a man..
It’s because of immaturity people around me.
They never consider this heart.
They break it,
they punch it,
and they strike it.
Physically, I am not hurt
but mentally, yes I am..
They are too egoist
They never think about the others
The most essential thing that they want to achieve is a “Triumph"
It is about “who the winner is” and “who the loser is”

Where are their promises?
Where are their vows?
All of them are bullshit!
Cat-shit, cockroach-shit, chicken-shit are also included for them.
They are too busy with their war-shit

I’m disappointed
I’m sick of if
I’m fed up

Do they know?
No, of course not!

Papa itu berharga



Papa itu termasuk pacar paling keren (`▽´)-σ




Banyak momen-momentum yang uda gua lewati sama sama papa sampai di usia yang udah mulai dewasa . papa akan mulai khawatir saat kita dewasa, karena papa akan merasakan anak2 nya yang mulai tidak peduli lagi dengan nya setelah dewasa, dan papa akan merasaa cemburu saat kita telah mendapatkan pasangan .



Papa itu adalah orang yang berharga :

  1. Yang selalu mau jemput gua di kala gua uda gak punya keberanian pulang malem sendirian . 
  2. Yang selalu beliin gua makanan di saat perut gua keroncongan di malam hari 
  3. Yang selalu rajin tiap bulan beli buah buahan biar tubuh gua kaya akan vitamin :O 
  4. Yang selalu kasih g duit jajan dari gua masih kecil hingga sampai menjadi remaja seperti ini . 
  5. Yang selalu merelakan badan kesayangannya keujanan buat anterin gua ke sekolah 
  6. Yang selalu setia jemput gua tiap gua abis pergi sama temen . 
  7. Yang selalu ingetin gua makan disaat gua sibuk dengan kegiatan gua 
  8. Yang selalu bangunin gua disaat gua tak sadarkan diri hingga siang hari 
  9. Yang selalu traktir makan enak tiap hari minggu :$ 
  10. Yang selalu ajak jalan2 meskipun duit nya harus habis karena gua 
  11. Yang selalu jealous tiap gua lagi deket sama gebetan baru :P 
  12. Yang selalu nasehatin gua buat jadi cewek yang bisa menjaga sikap dan santun nya 
  13. Yang selalu anggep gua sebagai putrinya yang masih kecil . 
  14. Yang paling jago masak untuk keluarga nya 
  15. Yang paling kepo suka baca-baca sms di hp gua 
  16. Yang paling nyebelin yang paling keras kepala seduniaa 
  17. Yang pernah omel2in gua waktu gua selalu ngutang 
  18. Yang paling bawel dirumah buat mengeluarkan nasehat2 nya yang berharga . 
  19. Yang pernah omel2in gua waktu hp gua gak bisa dihubungin gara2 lowbat 
  20. Yang pernah omel2in gua waktu gua lebih sering pergi2 di banding buat ngejaga papa 
  21. Yang pernah buat emosi gua labil ababil 
  22. Yang pernah buat gua kecewa karena berbagai masalah yang terjadi 
  23. Yang pernah buat gua kesel sekesel-keselnya (´_`) 
  24. Yang pernah buat gua nangis disaat gua gatau masalah yang terjadi 
  25. YANG PERNAH, PALING, dan SELALU SAYANGGG SAMA GUA :* .. 
Ayah adalah seorang pria yang menegur kamu ketika kamu melanggar aturan, bersinar dengan bangga ketika kamu berhasil, menjadi pahlawan super ketika kamu butuhkan, dan menyertai kamu ketika kamu merasa sendirian ..

A dad is a man who scolds you when you break the rules, shines with pride when you succeed, becomes a super hero when you need, and accompanies you when you feel alone...

Jumat, 04 Januari 2013

(?)

I don't know what's worse : people who lie or people who think i am stupid enough to believe the lies .

Dad a son's first hero . a daughter's first love .

I love sleeping , because dreams are way better than reality .

some people wish to be pretty, rich, famous , and popular , while me ? i just to be happy .

you will never know the power of yourself until someone hurts you badly .

I don't need a perfect relationship , i just need someone who won't give up on me .

somehow I feel this time has made shadows disappeared from me .

Live like a step in which we seek to find happiness if we got lost for sure it will arrive at the destination .

Hopefully any errors that occur always bear the truth

Everybody has problems. Do not always feel myself the most unfortunate-but through a personal problem to become a better .

not always what you expect to happen even what sometimes what you do not expect the opposite occurs

Any reason to save the error will not be able to make what destroyed a return .

Life is a question that will not have an answer until the time comes all end up giving meaning

Fate is not always beautiful but destiny has always taught us better understand how to step through lack of beauty

In the end too much talking without doing what we are talking about will only hurt those who expect us .

Losing is a last resort to make us understand how meaningful someone in your life .

Dia telah berubah





Memberikan seluruh cintamu tidak menjamin orang itu akan membalas sebesar yang engkau berikan. Justru harus berhati-hati dimasa belum ada komitmen , memberi seluruh cintamu akan membuatmu terluka parah, sebab harapanmu sudah terlalu besar, sedangkan kenyataan jauh dari harapan.

Bisa saja setiap malam engkau berdoa dan menceritakan kepada Tuhan siapa yang engkau suka dan apa harapanmu terhadapnya, tetapi kadang engkau tidak punya kekuatan untuk menariknya yang telah jalan menjauh darimu. Melihat dari kejauhan punggung seseorang yang sedang menjauh, membuatmu sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang sulit dalam hidupnya dan telah merasakan bahwa sudah tidak ada jalan keluar untuk masalahnya.

Sebesar apa masalah yang sedang dihadapi oleh sepasang pasangan tidaklah sulit jika ada yang bersikap lebih dewasa dan mengalah terhadap sifat kekanak-kanakan yang kadang muncul didalam diri seseorang. Sifat itu yang membuat seseorang berubah menjadi pribadi yang egois yang membuatnya tidak peduli akan apa yang sedang terjadi, meski harus mengorbankan hubungan mereka.


Sometimes when I say “I’m okay”, I want someone to look me in the eyes, hug me tight, and say “I know you’re not”.

Disaat seorang wanita dengan tegarnya mengatakan, saya tidak apa-apa, artinya justru sebaliknya. Dan kadang ia berkata, pergilah ... tetapi dalam hatinya mengatakan, "Maukah engkau mencobanya sekali lagi denganku???", tetapi kata itu tidak pernah terucap dan itu menjadi penyesalan seumur hidupnya. Dua kalimat itu yang sering kali terucap oleh seorang wanita dan itu merupakan kebohongan terbesar baginya. Kadang juga terucap, "Aku mendoakanmu bahagia dengan temanmu itu"tetapi menangis dalam hati, dan tidak rela untuk melepaskannya. Memang diluar sana banyak yang lebih baik, yang lebih sabar, yang mempunyai kelebihan yang mempesona, tetapi kadang, kita lebih suka dengan pribadi yang sederhana, yang mau belajar untuk menjadi baik, tanpa harus bertanya, mengapa saya harus berubah, saya berubah untuk siapa?

Setiap orang bisa membuatmu tersenyum, tapi hanya dia yang bisa membuatmu bahagia. Kadang engkau tahu jika hatimu terasa sangat nyaman bila berada didekatnya, tetapi ketakutanmu membuatmu tidak bisa memilihnya dan lebih memilih membeku dalam ketidaktegasan. Hidup ini penuh dengan pilihan dan keputusan, ada baiknya untuk memilih daripada berdiri terlalu lama dipersimpangan jalan yang mempunyai banyak tujuan yang berbeda.

Setiap jalan yang akan engkau pilih masing-masing punya kehidupan yang berbeda, tinggal engkau siap atau tidak untuk menjalaninya bersama. Ada jalan yang awalnya memang terasa berat dan penuh dengan bebatuan yang dapat membuat kakimu terluka ketika melaluinya, tetapi diakhir perjalananmu tersedia hamparan taman indah yang akan membuat perjalananmu yang sulit itu terbayarkan.

Mengejar kebahagiaan itu seperti sedang membawa jaring yang cukup kecil dan harus mendapatkan seekor kupu-kupu yang tersebar di taman yang indah. Jika engkau ingin mendapatkan semua kupu-kupu, pada akhirnya engkau akan mendapati dirimu kelelahan dan tidak ada satu kupu-kupu yang akan masuk ke jaringmu. Kejarlah jika engkau yakin, tinggalkan jika engkau tidak yakin, jika masih ingin berharap pastikan engkau mempunyai kekuatan untuk mengejarnya. Mungkin tubuhnya masih belum jauh darimu, tetapi hatinya sudah sangat jauh meninggalkanmu.




Ada banyak hal yang akan lebih jelas jika engkau diam, sebab saat diam engkau bisa mendengar suara hatimu sendiri, dan jika engkau peka engkau bisa mendengar suara hatinya. Tetapi kadang diam akan menjadi salah, saat ada yang harus dijawab dan engkau memilih untuk diam. Mengapa harus marah untuk meyelesaikan masalah? kemarahan itu timbul saat hatimu tidak lagi bisa merasakan kedekatan dengan hatinya. Sehingga hatimu berteriak dan ingin hatinya kembali dekat denganmu.

Jangan persalahkan Tuhan saat engkau melihat dirimu sedang mengalami sesuatu yang buruk. Tahukah anda, sesuatu yang buruk terjadi supaya saat engkau menerima sesuatu yang baik, engkau akan merasa sangat bersukacita karenanya. Jangan cepat mengambil kesimpulan tentang hidupmu, sebab engkau belum mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya. Percayakan jalan cerita cintamu kepadaNya, Tuhan adalah penulis naskah cinta terbaik sepanjang masa.





Ada hal-hal yang sulit engkau lepaskan karena hal itu masih engkau sukai. Ada hal-hal yang merupakan kebiasan atau sikap yang buruk dalam diri kita, yang walaupun bukan merupakan sebuah dosa, tetapi jika terus melakukan hal itu, engkau akan terluka dan melukai orang lain. Coba renungkan, berapa banyak orang yang terluka karenamu? Apa penyebabnya? Jangan-jangan karena sikap burukmu itu .

Dua hal yang membuat seseorang itu berubah :
1. Karena ia telah banyak belajar.
2. Karena ia telah banyak terluka.

Salah satu penyebab masalah dalam sebuah hubungan adalah kecemburuan dan rasa memiliki yang sangat besar. Jangan marah terharap orang yang suka cemburu, sebab orang itu sedang dalam ketakutan, ia takut kehilanganmu. Cemburu itu ibarat sebuah bumbu dalam sebuah masakan, terlalu banyak bumbu juga tidak enak. Dalam sebuah pertengkaran, tidaklah penting siapa yang menang, yang penting siapa yang mengalah dan membuat pasangannya menang, dialah pemenang yang sebenarnya. Sama seperti seorang ayah yang sedang bermain panco dengan anaknya, ayah itu akan mengalah dan pura-pura kalah, supaya anak tersebut merasa bangga dan senang. Maukah engkau mengalah demi pasanganmu?




Jika engkau masih diberikan waktu sekali lagi untuk dapat mencintai orang yang sama, maukah engkau menanggalkan egomu dan pergi mengikuti orang yang engkau cintai itu? Tahukah anda, cinta itu punya kekuatan yang dahsyat, bahkan semua hal-hal yang tadinya sulit, jika ada cinta, itu akan menjadi mudah. Cinta dapat membengkokkan baja yang keras dan tebal, Cinta dapat menghancurkan batu yang keras dan Cinta dapat membuat engkau lebih memahami pribadi setiap orang. Jika engkau memang mencintainya, engkau akan rela kehilangan semua hal lain, demi untuk mendapatkan dirinya, tetapi jika sampai sekarang ada hal-hal yang tidak mau engkau lepaskan, dan rela kehilangannya artinya engkau cuman mau dia berada disisimu, tetapi tidak mau memilikinya.





Dengan terus mengulangi kesalahan yang sama, akan membuatmu terlihat seperti orang lemah yang belum dapat mengalahkan sifat burukmu. Belajarlah, semua kata-kata ini bertujuan untuk supaya engkau belajar, bahwa hanya ada 2 pilihan untuk berubah, belajar yang banyak, atau nanti engkau akan berubah karena telah banyak disakiti. Pilihan ada ditanganmu.

Milikilah kecantikan batiniah yang jarang dimiliki oleh orang-orang lain. Sifat-sifat itu antara lain: kejujuran, keterbukaan, ketulusan, dan kepercayaan. Jika engkau memiliki sifat-sifat tersebut, engkau sebenarnya tidak perlu mencari pasangan hidup, merekalah yang akan mencarimu, sebab sifat-sifat itu sudah banyak ditinggalkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan namanya komitmen. Hati mereka telah membeku, sebab sakit dimasa lalu yang telah dideritanya.

Cinta itu ibarat sepasang sepatu, jika memang cocok dengan kakimu, engkau tidak perlu memaksakan untuk bisa masuk. Jika memang terasa sempit dan engkau terus memakainya, jangan heran sepatu itu akan melukai kakimu. Jika dia memang pasangan hidup yang Tuhan berikan kepadamu, dia tidak akan terus menerus melukaimu dengan tindakan yang sama.




Don't love cause you pity. Don't love cause you wanna be loved. Love, cause your heart loves.
If you give your trust to a person who does not deserve it, you actually give him the power to destroy you.
If God gives me one more chance to love/forget you, I will choose to forget you. Because once I love you, I can't forget you.


"When I say, "I love you," it's not because I want you or because I can't have you. It has nothing to do with me. I love what you are, what you do, how you try. I've seen your kindness and your strength. I've seen the best and the worst of you. And I understand with perfect clarity exactly what you are. You're a hell of a woman."