Rabu, 13 Maret 2013

Sebuah Pesan Tentang Keadaan







Bukan sebuah heran, angin laut sore menyejukkan. Bukan mimpi, gemuruh ombaknya terdengar bermelodi. Bukan rahasia, semua terasa seperti itu ketika jatuh cinta. Dan bukanlah keadaan, jika tak bisa membuat yang indah menjadi ketakutan.


Kata orang, cinta sesuatu yang megah. Namun kadang megahnya tertutup keadaan kemudian kalah.


Keadaan di mana pada diri satu orang, atau keduanya terdapat cinta tapi masing-masing atau salah satunya sudah memiliki pasangan. Keadaan di mana dua orang saling sayang, tapi orang tua berkehendak lain. Keadaan di mana dua orang saling cinta, tapi berbeda Tuhan –yang katanya satu. Keadaan di mana seseorang jatuh cinta, tetapi yang satunya terasa terlalu sempurna untuk dia. Mungkin masih banyak lagi keadaan-keadaan di luar sana yang menyisakan kepahitan.


Mengapa seringkali sebuah cinta tumbuh di keadaan yang tidak memungkinkan? Apakah sebuah cinta adalah tumbuhan yang tidak peduli habitatnya berkeadaan seperti apa, hanya membutuhkan ketulusan? Akan tetapi, apakah ketulusan saja cukup untuk bersama? Tidak, untuk bersama, juga butuh keadaan.


Begitu pula dengan keputusanku memendam perasaan. Ini semua, sedikit banyak karena keadaan. Apa yang tumbuh dalam hati seiring aku memandang senyummu, melihat tawamu, menatap binar matamu, harus aku pendam sendiri.


Selagi menunggu keadaan –yang mungkin tak akan datang–, aku guratkan tinta hati hingga senja menjelang. Aku kemas surat itu dalam beningnya botol ketulusan, dan membiarkannya bebas di luasnya lautan kemungkinan.


“Jika memang jodoh, kita pasti akan bersama.” Ah, akhirnya aku mengatakan itu. Mengatakan kalimat bagi orang yang kalah dalam perjuangan mendapatkan seorang pujaan.


Aku tak ingin menjadikan keadaan sebagai pesakitan. Karena sudah terlalu sering kata itu berlalu-lalang di kisah kehidupan. Kamu boleh caci aku karena mengungkapkan rasa pun tak berani. Tapi mungkin kamu juga tahu, bahwa kadang melawan keadaan tak semudah yang pernah ada dalam mimpi.


Dan biarkan pesan dalam botol ini, tetap menjadi rahasia hati.


Kerinduan


Untuk seseorang yang selalu hadir dalam tiap gumpalan nafaskuu

kekasihku ..
message in a bottle

saat aku menulis ini, malam telah meretas geming . Tertunduk aku seraya memandang langit yang di tudungi oleh bias sinar rembulan. betapa inginnya aku, kau berada di sisiku saat ini . aku ingin merasakan getar nafasmu saat kau biarkan kepala ku jatuh di pundakmu. kedua tangan kita berangkulan erat . Seolah-olah, tak ada yang dapat memisahkan kedua jiwa kita yang telah melebur menjadi satu, aku sudah bukan lagi kamu, aku bukan lagi aku. kita berdua telah menjadi kita :)

"YOU COME TO LOVE NOT BY FINDING THE PERFECT PERSON, BUT BY LEARNING TO SEE AN INPERECT PERSON PERFECTLY" . Aku rasa kalimat itu sungguh benar bagiku . Mencintai seseorang berarti menerima kekurangan nya, sekaligus berusaha melengkap nya. Manusia lahir tak ada yang sempurna sehingga dia memerlukan seseorang untuk melengkapi hidup nya , kita berdua sama2 tidak lah sempurna total. Ada gumpalan kekosongan dan kelemahan yang mengisi semesta tubuh kita. tetapi kita saling mencintai, kita justru menemukan diri kita masing-masing telah sempurna ada nya. sebab, kita telah menemukan serpihan puzzle dan belahan jiwa yang akan melengkapi setiap relung kosong dalam diri kita ..

kasihku, satu-satu nya huruf A dalam hidupku, aku merasa jarum jam berputar lebih cepat ketika aku bersama mu, bebarkah itu? ataukah itu hanya perasaanku saja? yang pasti, tak terasa waktu berpusaran dalam lesat nya. sudah lebih setengah tahun kisah ini kita lakoni bersama, bahagiakah kamu? aku teramat sangat bahagia. dalam setiap pertemuan kita, kau tak pernah lupa menyunggingkan seulas senyum manismu. kau genggam tanganku sepanjang kita bersama.

setelah sekian lama aku berlayar mengelilingi samudera yang luas, berkelana dari satu pulau demi pulau lain, memandangi satu demi satu rembulan yang berjatuha, merasai gumpalan udara yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain, akhirnyaa ku temukan sebuah pelabuhan terakhir bagiku. dan pelabuhan itu tak lain adalah dirimu..
untuk seseorang yang bayangnya selalu ada di dalam percik sinar matahari

kekasihkuu..

saat aku melihat lautan yang diselimuti oleh kemilau senja, aku jadi teringat keindahan dirimu yang berhasil membuatku menemukan separuh diriku yang hilang. dirimu dan laut. , tetapi sejujurnya aku berani bilang bahwa dirimu lebih indah daripada langit dan laut .. ya, sungguh lebih indah daripada keduanya, serupa dgan judul puisi yang sangat amat aku sukai dari seorang penyair perancis "tue es plus belle que le ciel et la mer". (kau lebih indah daripada langit dan laut). puisi itu memang menceritakan bagaimana kita mencintai diri kita sendiri, tetapi aku ingin mendedikasikan sepotong judul itu hanya untukmu..

dalam tulisan ini, kusisipka selarik senyumku, segumpal rinduku, serta partikel-partikel cintaku dari dalam bilik hatiku.
sejak kita saling cinta, tiada lagi takut yang berkuasa atas diriku, andai mentari enggan bersinar esok pagi, aku percaya, cinta kita tetep dapat memberi terang bagi kehidupan di bumi ini ..
terus lah mencintaiku sebesar aku mencintaimu, biarkan api cinta itu membakar kita hingga lebur dan membaur tak terpisahkan
untuk huruf A yang sudah menjadi pengawal hari-hariku..

kasihku, ada sebuah cerita yang ingin ku kisahkan kepada mu..

pada mula nya adalah laut yang menyimpan cintanya terhadap senja, entah sudah berapa abad lama nya laut menyembunyikan perasaan cintanya dan tak pernah berani mengungkapkan nya kepada senja . setiap kali senja menghiasi langit, laut tak pernah alpa untuk memandanginya . bila senja berganti malem, laut akan bergejolak dalam kesendirian nya, diam-diam, dia merintih dalam hati nya, berharap waktu cepat bergulir agar esok hari nya dia bisa bertemu kembali kepada senja yang indah, lama kelamaan, perasaan cinta yang terpendam itu sudah tak bisa di tahan nya lagi..

pada suatu sore, laut tak ingin kehilangan senja lagi, dia berniat untuk memiliki nya , meraih nya secara utuh
laut mendorong tubuhnya stinggi-tingginya untuk mencapai senja. meskipun dia telah berusaha sekuat tenaga, tetap saja dia tak berhasil mencapainya, malahan, perahu-perahuyang bergerak di atas tubuhnya bergulingan, orang-orangyang sedang berenang tak mampu menyelamatkan diri nya dan ikut tergulung dalam gelombangnya yang kuat dan tinggi

laut berusaha keras, tetapi tak membuahkan hasil, hati nya remuk redam, cinta nya pupus sudah, dia mengamuk. gelombangnya yang tinggi mengacau.. ombak kencangnya menghenpas ke arah daratan, kemarahan dan kekecewaan laut sangat lah besar
cerita itu mengingatkan ku tentang suatu masa kecil ku, setiap kali aku melihat burung yang terbang melintasi langit, terbesit aku untuk memiliki sepasang sayap itu, aku ingin sekali menemukan nirwana yang menurut cerita terletak di balik gumpalan awan, tetapi aku tak mungkin bisa memiliki sepasang sayap itu. sering kali, aku hanya menatapi burung-burung yang berterbangan dengan tatapan putus asa

aku ingin sekali mencapai nirwana yang tersembunyi di balik lapisan awan biru. pernah suatu ketika aku bermimpi aku menjadi seekor burung , aku begitu bahagia menemukan sepasang sayap melekat pada tubuhku yang ringan melayang, ku kepakkan perlahan hingga tubuhku membumbung tinggi, tapi pada suatu titik ketinggian, entah mengapa tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan melayang jatuh perlahan-lahan . begitu tubuhku membentur permukaan tanah, aku segera tersentak bangun dari tidurku dgan cucuran keringat dingin

ketika aku menemukan dirimu, aku baru mengerti makna mimpi ituu. pernah sekali ku coba terbang menemukan nirwana di balik langit, tetapi aku tergelincir jatuh, namun kalau aku berada di sisimu, aku tak lagi perlu terbang membawa nirwana itu, sebab telah kau cipta negeri indah itu , tepat di dalam hati ku..

untuk seseorang yang telah menggenapi hidupku dgan cinta
kekasihkuu..

betapa bersyukur nya aku telah menemukan dirimu, merajut hari demi hari dengan gelafak rindu dan cinta kita , menjalani tiap detik dgan penuh semangat, setiap pesan pendek dan telepon mu menjadi pasokan energi yang amat sangat berarti untukku . membuatku tak pernah menyunggingkan senyum. membuat bibir ku membisikkan nama mu kala aku belum terlelap pada malem-malem senyap. aku terlahir tak sempurna, tetapi bersamamu aku menjadi sempurna...
setengah tahun lebuh kita susuri bersama rindu, senyum, tawa, dan tanggis. semuanya bercampur baur menjadi satu, menyunguhkan warna warni dalam jejaring waktu yang kita lalui
setiap kali kita usai bertemu dan kembali ke kediaman masing-masing , aku selalu merasakan rindu yang menyergap, andaikan aku adalah sang waktu. pasti akan ku putar waktu dgan cepat sehingga rindu itu akan segera tergenapi dgan sebuah pertemuan selanjutnyaa

kekasihku, percayalah, kelak kita akan menjalani hisup bersama di suatu sudut dunia. biarlah hanyaa kita berdua yang mengerti perasaan itu. cinta hadir bukan untuk di teorikan atau di jerat dalam aneka aturan.
di temani serumpun rindu

aku selalu mencintaimu.. semesta diriku hanyalah untukmu

Bunga Gardenia Putih (kaca Piring)


Setiap tahun pada hari ulang tahunku, sejak usia 12 tahun, setangkai bunga gardenia (kacapiring) putih dikirim ke rumahku tanpa anma. Tak pernah ada sepucuk kartu atau catatan, dan upaya menelepon ke toko bunga sia-sia karena pemeblian dilakukan secara kontan. Tak lama kemudian, aku pun berhenti mencoba menemukan jati diri si pengirim. Aku nikmati saja keindahan wanginya yang semerbak, sekuntum bunga putih sempurna penuh daya pikat dibungkus dalam lipatan selembar kertas tisu merah muda yang lembut.

Namun aku tak pernah berhenti membayangkan siapa gerangan pengirimnya. Beberapa kenangan yang paling menyenangkan pun masuk dalam impian, tentang seseorang yang menggairahkan dan menakjubkan, tetapi terlalau malu atau eksentrik untuk memeprkenalkan dirinya. Di masa remajaku, sungguh menyenangkan membayangkan si pengirim mungkin seorang anak lelaki yang telah ku hancurkan hatinya atau mungkin juga seseorang yang tidak ku kenal yang menaruh perhatian padaku.






Ibu ku sering kali menambah-nambahi dugaan-dugaanku. Dia bertanya padaku, kalau-kalau ada seseorang yang terhadapnya telah melakukan suatu perbuatan baik, yang mungkin kemudian diam-diam menunjukan penghargaannya. Dia mengingatkanku pada saat-saat ketika aku sedang mengendarai sepeda dan tetangga kami mengendarai mobilnya penuh dengan barang belanjaan dan anak-anak. Aku selalu membantunya menurunkan barang dari mobil dan menjaga anak-anaknya agar tidak berlarian ke jalan. Atau boleh jadi si pengirim misterius itu adalah si orang tua diseberang jalan. Aku selalu membantu mengambilkan suratnya diwaktu musim dingin, sehingga ia tak perlu menuruni tangga rumahnya yang diselimuti es. Ibuku berusaha keras mengembangkan imajinasiku tentang bunga gardenia. Ia ingin anak-anaknya menjadi kreatif, ia selalu ingin agar kami merasa dicintai dan dihargai, tak hanya olehnya, tetapi oleh seluruh dunia.



Ketika aku berusia 17 tahun, seorang pria menghancurkan hatiku. Pada malam hari terakhir kali ia menelepon, aku menangis sampai lelap tertidur. Ketika aku terbangun pagi hari, ada sebuah pesan tertulis dengan lipstick merah di kaca ku, “ketahuilah dengan sungguh-sungguh, bila yang setengah dewa pergi, dewa-dewa pun akan datang”. Lama akau merenungkan kutipan yang berasal dari Emerson itu, dan aku membiarkan tulisan itu ditempat ibuku menuliskannya sampai hatiku pulih. Dan ketika aku mencari pembersih kaca, ibu ku pun tahu bahwa segalanya telah pulih kembali.

Tetapi ada sejumlah luka yang tak bisa disembuhkan ibuku. Sebulan sebelum wisuda SMA, ayahku tiba-tiba meninggal karena seranagn jantung. Perasaanku campur aduk mulai dari sekedar duka sampai ke merasa ditinggalkan, takut, tak percaya serta kemarahan yang meluap-luap karena ayahku telah melewatkan satu momen terpenting didalam hidupku. Aku pun sama sekali tidak bergairah terhadap acara wisuda mendatang, drama kelas senior serta peserta dansa, acara-acara yang telah aku persiapkan dan tunggu-tungu. Aku bahkan berminat untuk tinggal dirumah dan masuk perguruan tinggi dari pada pergi jauh sebagaimana yang telah kurencanakan, karena hal ini terasa lebih aman.

Ibuku, ditengah kedukaannya sendiri, tak menginginkan aku sampai kehilangan hal-hal penting seperti itu. Sehari sebelum ayah meninggal, kami berdua pergi membeli pakaian dansa dan kami temukan satu yang mengagumkan. Terbuat dari bermeter-meter kain swiss berbintik-bintik, merah, putih, biru. Mengenakannya membuatku merasa bagaikan Scarlett O’Harra. Tetapi ukurannya tak pas,d n ketika ayahku wafat keesokan harinya, aku melupakan sama sekali soal pakaian itu.

Tetapi ibuku tidak. Sehari sebelum pesta dansa, aku mendapatkan baju itu tengah menungguku, dalam ukuran yang pas. Ia terbentang dengan anggunnya di atas sofa ruang tamu, terpampang dihadapanku dengan cantik dan artistic. Barang kali aku tak peduli etntang baju baru, tetapi ibuku peduli.

Dia memperhatikan bagaimana kami, anka-anak menghargai diri kami sendiri. Ia menanamkan pda kami rasa takjub atas keberadaan kami di dunia, dan dia memberikan kepada kami untuk melihat keindahan bahkan ditengah-tengah kesengsaraan.

Sungguh ibuku ingin agar anak-anaknay melihat diri mereka bagaikan bunga gardenia: indah, kuat, sempurna dengan aura menggairahkan dan barangkali sedikit misteri.

Ibuku meninggal ketika aku berusia 22, hanya 10 hari setelah aku menikah. Dan sejak tahun itulah bunga-bunga gardenia tak datang lagi