Sabtu, 24 Agustus 2013

Semua hanya RINGKASAN



menulis Postingan ini dari tadi pagi sambil menyesap secangkir Cappuccino. Sesekali busanya menyisa di bibir atas. Sayang, gue harus mengusapnya sendiri. :)

Banyak sekali hal-hal menarik yang udah gue temui belakangan ini. Semua kejadian, yang berhasil gue lewatin dengan baik gue jadikan catatan buat menghadapi kejadian-kejadian berikutnya. Kejadian lainnya, yang nggak gue lewati dengan baik, gue jadikan pelajaran.

Biasanya, orang yang mengalami kegagalan, akan mengada-adakan hikmah. Kadang gue berpikir, apa benar di balik semua kejadian ada hikmahnya atau memang hikmah itu ada karena diada-adakan. ENTAHLAH , hanya dapat berpikir sambil menghela sebuah nafas .

Tapi bagaimana pun itu, gue rasa yang namanya “hikmah” baik itu memang ada atau cuma diada-ada datang untuk membuat mereka yang gagal tetap hidup. Setidaknya hikmah jadi alasan supaya tetap berjuang. Dan gue mau ngasih beberapa hikmah yang gue dapet dari beberapa kejadian yang gue alami belakangan ini :


Cinta nggak boleh terlambat, tapi semua lebih buruk jika diungkapkan terlalu cepat . Mengerti dengan kata yang barusan ? Persis yang gue katakan , semua karena waktu, tinggal menunggu waktu .

Nggak ada yang tau kapan cinta akan datang. Bahkan seringnya ada rasa-rasa yang menyamar dan memberi kenyamanan seperti cinta, padahal bukan cinta. Kenyamanan ketika berdua, kenyamanan melihatnya dari kejauhan, kenyamanan bahkan dengan cukup membayangkannya saja. Itu mungkin aja cuma sebuah rasa nyaman belaka, mungkin juga kagum, atau penasaran.

Yang gue pahami sekarang adalah, untuk sebuah cinta momen saja nggak cukup. Dibutuhkan keberanian, dan yang paling penting kebijaksanaan dalam menunggu, bersabar, dan bertindak sesuai waktu yang tepat. Di sini yang paling sulit. Tapi percaya saja, dengan adanya proses, kita bisa tau kapan waktu yang tepat. Dan itu akan datang. Pasti.

Jangan sampai kamu bilang mencintai tapi ketika berhasil mendapatkan semuanya malah hilang. Lebih baik jatuh cinta terlebih dahulu pada setiap momen, meski kecil dan sepele, kadang justru itu sangat berarti. Biarkan cinta itu memenuhi sedikit demi sedikit ruang hati, sampai kamu tak bisa menahannya lagi. Setelah itu, ledakkan dengan kata-kata yang indah, dan yang terpenting tulus dari lubuk hati.

Cinta bisa saja buta, tapi terlebih dari itu, cinta itu bijak.
Setiap orang punya kriteria pasangan ideal masing-masing. Tapi kita nggak pernah tau kepada siapa hati kita akan terjatuh. Kamu juga mungkin pernah memaksa-maksakan perasaan. Kamu melihat sosok yang indah, yang bercahaya, lalu mengejarnya. Sampai akhirnya menyadari apa yang kamu cari itu di luar jangkauan.

Mungkin kita hanya kurang bersyukur.

Ternyata cinta bisa datang dari mana saja. Selama ini kamu mengejar yang kamu cari. Akan tetapi, mungkin saja yang kamu butuhkan sebenarnya tepat berada di dekat kamu. Yang dengan segala kekurangannya, meski fisiknya gak sesuai kriteria idaman, tetap bisa memberikan kenyamanan. Yang selama ini ada ketika kamu sendiri, yang paling nyambung berbicara dari hati ke hati, yang paling mengerti dan memahami. Yang seperti itu, kelak akan ‘membutakan’ mata tapi juga ‘membukakan’ hati. Bahwa orang-orang seperti merekalah yang tepat, pantas, dan paling dibutuhkan hati.

Karena gue selalu percaya, orang yang paling layak jadi pendamping hidupmu adalah yang paling bisa kamu terima kekurangannya dan dia paling bisa menerima kekuranganmu. Kelebihan, hampir semua orang bisa menerima. Tapi kekurangan, belum tentu.

Masih ada sahabat.

Seburuk apa pun kejadian yang menimpa kamu, percayalah selalu ada sahabat yang mau menemani.

Berbagi kisah dengan kalian selalu jadi salah satu hal paling menakjubkan.

Dan teruntuk kamu, terima kasih sudah menyadarkan.

Kamis, 22 Agustus 2013

Waktu Itu…



Gif: Tumblr

Dari sekian banyak elemen yang ada, menurut gue elemen yang paling kuat adalah waktu. Tapi waktu itu elemen atau bukan ya? Ya pokoknya waktu lah yang menurut gue sangat digdaya. Saking saktinya, waktu jadi sesuatu yang sangat, atau bahkan, paling berharga.

cuma waktu yang di-highlight. “Demi masa (waktu).” Itu semakin meyakinkan gue bahwa waktu memanglah bernilai.

Kalau gue dikasih kesempatan buat milih kekuatan super yang bisa gue dapatkan, gue pasti akan memilih buat bisa mengendalikan waktu. Semua kekuatan, mau itu kuat kayak apapun, semuanya nggak berarti kalau waktu dihentikan. Mereka semua tunduk kepada waktu.



Dari sekian masa yang sudah gue habiskan selama gue hidup di dunia ini, menghirup napas di sini, dan secara rakus memanfaatkan intisari bumi ini, gue belajar beberapa hal yang semoga dengan benar gue pahami dari waktu.

Gue percaya waktu itu menyembuhkan

Ditinggalkan dia yang berharga. Dicampakkan dia yang dicinta. Di tidak acuh kan mereka yang sudah kamu beri semua. Hal-hal di atas cuma berakhir menimbulkan luka.
Mengejutkannya, semua itu bisa sembuh. Memang sih, banyak alasan buat nyembuhin luka-luka kayak gitu, dengan alasan jatuh cinta lagi, dengan alasan sudah merelakan, atau bahkan sekadar karena sudah lupa. Tapi dari ketiga hal itu, ada waktu yang jadi elemen penting.
Kita nggak akan pernah tau akan dapet kesempatan untuk jatuh cinta lagi apa nggak. Kita nggak pernah menduga akan bisa merelakan. Kita nggak pernah bisa menerka apa bisa melupakan. Semuanya nggak akan kita tau kalau nggak dikasih kesempatan.


Kesempatan itu butuh waktu. Berharga , Iya berharga banget Buat gue skg yang disini , semakin lu mikir apa itu waktu, semakin lu pahami waktu adalah ELEMEN dari segala yang ada 

Waktu itu Menyembuhkan, Iya menyembuhkan segala yang ada 
Kalau nggak menyembuhkan, minimal waktu itu menyadarkan



Butuh waktu untuk akhirnya sadar bahwa seseorang begitu berharga. Biasanya setelah mereka benar-benar pergi. Kadang itu butuh waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Tapi karena waktu itulah, dia membiarkan bukti-bukti sedikit demi sedikit bermunculan. Mencuat ke permukaan. Bukti bahwa yang kamu rasakan itu sayang beneran atau cuma penasaran. Bukti bahwa sebenarnya yang kamu butuhkan adalah orang itu. Bukti bahwa sesungguhnya kamu bisa merelakan. Bukti bahwa sejatinya cinta itu harus memiliki, atau direlakan sama sekali.

Butuh waktu untuk tau yang dirasakan dan pernah diucapkan dengan manis itu… benar-benar cinta, atau cuma dusta.

Dan berapa waktu yang dibutuhkan? Nggak ada yang bisa mengira. Cuma waktu yang tau.

Waktu adalah penguji yang teruji

Semua ucapan, semua tindakan, semua harapan, semua angan-angan, bahkan sepertinya semua hal di dunia ini harus melewati ujian. Dan waktu seringkali menyajikan ujian yang nggak bisa ditahan.

Nggak ada yang lebih meyakinkan dari sesuatu/seseorang yang sudah lulus diuji oleh waktu. Semua omong kosong berbalut manis yang keluar semasa kasmaran, semuanya cuma bisa dibuktikan oleh waktu melewati ujian.

Sayangnya, kita sebagai manusia sering terlalu nggak sabaran. Menyimpulkan dan mengambil keputusan padahal yang dibutuhkan cuma sabar dan kebijaksanaan.

Akhir dari meremehkan waktu –yang tak bisa ditarik kembali– adalah penyesalan.

Lagi-lagi, dalam hal penyesalan sekalipun, yang paling berperan adalah sang waktu.

Biarkan apa pun yang mendatangi kamu diuji oleh waktu sebelum memutuskan itulah yang tepat, atau cuma selewat.