Senin, 28 Januari 2013

Bukan SEANDAINYA Dia Tau

Pernah gak sih kamu sebelum tidur mandangin langit-langit kamar?

Tapi kali ini bukan sambil senyum - senyum sendiri, tapi sambil menatap nanar dan menerawang ngebayangin semua kejadian demi kejadian yang kamu lewatin bareng dia..
Iya, dia yang paling berharga buat kamu, tapi ternyata kamu ga seberharga itu buat dia..
Rasanya kamu pasti pengen teriak didepan dia biar dia sadar, biar dia mikir, tapi ga bisa. Yang bisa kamu lakuin cuma nunggu, nunggu dia peka, nunggu dia sadar.

Lalu timbul pertanyaan besar yang terus berputar dibenak kamu sekarang..
Dia gak peka atau gak peduli? Dia gak punya otak atau gak punya hati?
Kamu gak pernah berharap dia salah satu dari itu, tapi kenyataanya dia bisa aja keduanya, gak peka dan gak peduli.

Gak kerasa air mata menetes, kamu masih nerawang ke langit-langit kamar.
Mungkin sambil berharap keajaiban datang.
Gak apa keajaiban itu gak menghampiri kamu, tapi minimal bisa menghampiri dia supaya dia sadar betapa besar kamu ngebutuhin dia saat ini juga .

Tapi biar kamu tersakiti sampai segininya, dan dia gak peduli sampai segitunya, kamu bisa apa?
Kamu tetep gak bisa kemana - mana kan?
tetepi sayang itu ga bisa kemana-mana lagi kan?
Keinginan move on selalu ada, tapi dia terlalu berharga kan? Ahh...

Seandainya dia tau sedang dicintai sebegitu besarnya, mungkin...
Entahlah, sebaiknya gak perlu berandai - andai.
Jadi bukan seandainya dia tau, tapi harusnya dia tau..

Minggu, 13 Januari 2013

Aku Menangis untuk Adik Ku

AKU dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang kelihatannya semua gadis di sekelilingku membawanya. Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.


"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.


Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"


Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.


Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"


Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"


Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menghulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.


Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."


Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).


Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"


Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu di tubuh adikku, dan tercekat dalam kata-kataku, "Aku tidak peduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."


Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.


Kali pertama aku membawa sahabatku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..."


Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.


Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berulang kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, jika meninggalkan dusun, kami tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."


Suamiku menjadi direktur di pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.


Suatu hari, adikku berada diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"


Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar-ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.


Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.


"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sepasang sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."


Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling berhak mendapatkan ucapan terima kasih dariku adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sunga


i.

Sabtu, 05 Januari 2013

Two Figures Who Have To Figure It Out


The bitterness of the heart will be sore in our lives 
A retaliation will leave the pieces of broken hearts
Some injuries in the past would only mislead the present

Two individuals who should be role models
Two creatures that should unite themselves
Two figures that should understand the meaning of peace
Two beings who should be in love
Instantly transformed into two different human

Should get caught up in the wrong life path?
Should learn from mistakes over and over?
Where is the meaning of love?
Immediately turned into a question mark

My cute sweet romantic students


mengajar ? dan dulu saya mempunyai dua siswa yang masih kanak2 munkin swasta.. mereka adalah seorang gadis yang manis dan seorang anak laki yang lucu dan gemuk ..

Mereka seperti "Ababil". Sikap dan suasana hati tidak bisa ditebak. Kadang-kadang, mereka membuat saya tersenyum. Sering, mereka membuat saya gila. Namun, saya selalu mencoba untuk bersabar.

Semakin nakal mereka, Semakin saya membenci mereka .. Semakin aku membenci mereka ? .... Semakin aku mencintai mereka. Malam ini, saya memiliki percakapan "lucu" dengan anak gemuk lucu itu . Namanya adalah Leo ..

Berikut adalah percakapan antara Leo sewaktu masih ngajar .

saya : Hey, Leo .. Silakan melakukan latihan kamu! miss akan memberikan sesuatu yang lucu setelah ini.

Leo: Apa yang akan miss berikan? Beritahu aku! * merengek ingin tahu *

Saya: Tidak .. Selesaikan latihan kamu yang pertama!

Setelah menyelesaikan latihannya ...

saya: sudah ? baik  .. Pertama-tama, miss ingin nanya kamu .. Apakah kamu suka bintang?

Leo: Hmm ... Hmmm .. tidak .. Leo tidak suka bintang ... Aku benci Bintang!

saya: are u sure? Lihat Bintang saya yang pertama! ;) * Saya memberinya bintang kertas lucu *

Leo: Wawww .. * melihat bintang dengan mata berbinar *

Saya: Apakah kamu suka? * wink *;)

Leo: Ya, aku suka bintang ini ... tapi, aku benci bintang di langit!

Me: Mengapa Leo membencinya ?

Leo: Aku benci karena aku tidak bisa menyentuhnya .. -. - '

Saya: Oh :) .. sekarang kamu dapat menyentuh ini bintang kertas, kan?

Leo: Ya, aku berharap aku bisa meraih bintang nyata di langit. aku akan mengambil satu bintang untuk miss .. :)


saya: benar? so sweet! : ') Tapi, kenapa kau hanya mengambil satu bintang?

Leo: karena sulit untuk mengambil banyak bintang di langit, Miss! >, <

saya: oh hahaha , tidak masalah leo , makasih untuk kamuu ya !!


Nah ..Leo yang masih 7 tahun. saya tidak pernah membayangkan bahwa ia bisa mengucapkan kata-kata yang indah bagi saya. Dia tampak tidak bersalah, tapi romantis! :)

A Breakable Heart

This heart feels pain..
It’s not because of love
It’s not because of a man..
It’s because of immaturity people around me.
They never consider this heart.
They break it,
they punch it,
and they strike it.
Physically, I am not hurt
but mentally, yes I am..
They are too egoist
They never think about the others
The most essential thing that they want to achieve is a “Triumph"
It is about “who the winner is” and “who the loser is”

Where are their promises?
Where are their vows?
All of them are bullshit!
Cat-shit, cockroach-shit, chicken-shit are also included for them.
They are too busy with their war-shit

I’m disappointed
I’m sick of if
I’m fed up

Do they know?
No, of course not!

Papa itu berharga



Papa itu termasuk pacar paling keren (`▽´)-σ




Banyak momen-momentum yang uda gua lewati sama sama papa sampai di usia yang udah mulai dewasa . papa akan mulai khawatir saat kita dewasa, karena papa akan merasakan anak2 nya yang mulai tidak peduli lagi dengan nya setelah dewasa, dan papa akan merasaa cemburu saat kita telah mendapatkan pasangan .



Papa itu adalah orang yang berharga :

  1. Yang selalu mau jemput gua di kala gua uda gak punya keberanian pulang malem sendirian . 
  2. Yang selalu beliin gua makanan di saat perut gua keroncongan di malam hari 
  3. Yang selalu rajin tiap bulan beli buah buahan biar tubuh gua kaya akan vitamin :O 
  4. Yang selalu kasih g duit jajan dari gua masih kecil hingga sampai menjadi remaja seperti ini . 
  5. Yang selalu merelakan badan kesayangannya keujanan buat anterin gua ke sekolah 
  6. Yang selalu setia jemput gua tiap gua abis pergi sama temen . 
  7. Yang selalu ingetin gua makan disaat gua sibuk dengan kegiatan gua 
  8. Yang selalu bangunin gua disaat gua tak sadarkan diri hingga siang hari 
  9. Yang selalu traktir makan enak tiap hari minggu :$ 
  10. Yang selalu ajak jalan2 meskipun duit nya harus habis karena gua 
  11. Yang selalu jealous tiap gua lagi deket sama gebetan baru :P 
  12. Yang selalu nasehatin gua buat jadi cewek yang bisa menjaga sikap dan santun nya 
  13. Yang selalu anggep gua sebagai putrinya yang masih kecil . 
  14. Yang paling jago masak untuk keluarga nya 
  15. Yang paling kepo suka baca-baca sms di hp gua 
  16. Yang paling nyebelin yang paling keras kepala seduniaa 
  17. Yang pernah omel2in gua waktu gua selalu ngutang 
  18. Yang paling bawel dirumah buat mengeluarkan nasehat2 nya yang berharga . 
  19. Yang pernah omel2in gua waktu hp gua gak bisa dihubungin gara2 lowbat 
  20. Yang pernah omel2in gua waktu gua lebih sering pergi2 di banding buat ngejaga papa 
  21. Yang pernah buat emosi gua labil ababil 
  22. Yang pernah buat gua kecewa karena berbagai masalah yang terjadi 
  23. Yang pernah buat gua kesel sekesel-keselnya (´_`) 
  24. Yang pernah buat gua nangis disaat gua gatau masalah yang terjadi 
  25. YANG PERNAH, PALING, dan SELALU SAYANGGG SAMA GUA :* .. 
Ayah adalah seorang pria yang menegur kamu ketika kamu melanggar aturan, bersinar dengan bangga ketika kamu berhasil, menjadi pahlawan super ketika kamu butuhkan, dan menyertai kamu ketika kamu merasa sendirian ..

A dad is a man who scolds you when you break the rules, shines with pride when you succeed, becomes a super hero when you need, and accompanies you when you feel alone...

Jumat, 04 Januari 2013

(?)

I don't know what's worse : people who lie or people who think i am stupid enough to believe the lies .

Dad a son's first hero . a daughter's first love .

I love sleeping , because dreams are way better than reality .

some people wish to be pretty, rich, famous , and popular , while me ? i just to be happy .

you will never know the power of yourself until someone hurts you badly .

I don't need a perfect relationship , i just need someone who won't give up on me .

somehow I feel this time has made shadows disappeared from me .

Live like a step in which we seek to find happiness if we got lost for sure it will arrive at the destination .

Hopefully any errors that occur always bear the truth

Everybody has problems. Do not always feel myself the most unfortunate-but through a personal problem to become a better .

not always what you expect to happen even what sometimes what you do not expect the opposite occurs

Any reason to save the error will not be able to make what destroyed a return .

Life is a question that will not have an answer until the time comes all end up giving meaning

Fate is not always beautiful but destiny has always taught us better understand how to step through lack of beauty

In the end too much talking without doing what we are talking about will only hurt those who expect us .

Losing is a last resort to make us understand how meaningful someone in your life .

Dia telah berubah





Memberikan seluruh cintamu tidak menjamin orang itu akan membalas sebesar yang engkau berikan. Justru harus berhati-hati dimasa belum ada komitmen , memberi seluruh cintamu akan membuatmu terluka parah, sebab harapanmu sudah terlalu besar, sedangkan kenyataan jauh dari harapan.

Bisa saja setiap malam engkau berdoa dan menceritakan kepada Tuhan siapa yang engkau suka dan apa harapanmu terhadapnya, tetapi kadang engkau tidak punya kekuatan untuk menariknya yang telah jalan menjauh darimu. Melihat dari kejauhan punggung seseorang yang sedang menjauh, membuatmu sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang sulit dalam hidupnya dan telah merasakan bahwa sudah tidak ada jalan keluar untuk masalahnya.

Sebesar apa masalah yang sedang dihadapi oleh sepasang pasangan tidaklah sulit jika ada yang bersikap lebih dewasa dan mengalah terhadap sifat kekanak-kanakan yang kadang muncul didalam diri seseorang. Sifat itu yang membuat seseorang berubah menjadi pribadi yang egois yang membuatnya tidak peduli akan apa yang sedang terjadi, meski harus mengorbankan hubungan mereka.


Sometimes when I say “I’m okay”, I want someone to look me in the eyes, hug me tight, and say “I know you’re not”.

Disaat seorang wanita dengan tegarnya mengatakan, saya tidak apa-apa, artinya justru sebaliknya. Dan kadang ia berkata, pergilah ... tetapi dalam hatinya mengatakan, "Maukah engkau mencobanya sekali lagi denganku???", tetapi kata itu tidak pernah terucap dan itu menjadi penyesalan seumur hidupnya. Dua kalimat itu yang sering kali terucap oleh seorang wanita dan itu merupakan kebohongan terbesar baginya. Kadang juga terucap, "Aku mendoakanmu bahagia dengan temanmu itu"tetapi menangis dalam hati, dan tidak rela untuk melepaskannya. Memang diluar sana banyak yang lebih baik, yang lebih sabar, yang mempunyai kelebihan yang mempesona, tetapi kadang, kita lebih suka dengan pribadi yang sederhana, yang mau belajar untuk menjadi baik, tanpa harus bertanya, mengapa saya harus berubah, saya berubah untuk siapa?

Setiap orang bisa membuatmu tersenyum, tapi hanya dia yang bisa membuatmu bahagia. Kadang engkau tahu jika hatimu terasa sangat nyaman bila berada didekatnya, tetapi ketakutanmu membuatmu tidak bisa memilihnya dan lebih memilih membeku dalam ketidaktegasan. Hidup ini penuh dengan pilihan dan keputusan, ada baiknya untuk memilih daripada berdiri terlalu lama dipersimpangan jalan yang mempunyai banyak tujuan yang berbeda.

Setiap jalan yang akan engkau pilih masing-masing punya kehidupan yang berbeda, tinggal engkau siap atau tidak untuk menjalaninya bersama. Ada jalan yang awalnya memang terasa berat dan penuh dengan bebatuan yang dapat membuat kakimu terluka ketika melaluinya, tetapi diakhir perjalananmu tersedia hamparan taman indah yang akan membuat perjalananmu yang sulit itu terbayarkan.

Mengejar kebahagiaan itu seperti sedang membawa jaring yang cukup kecil dan harus mendapatkan seekor kupu-kupu yang tersebar di taman yang indah. Jika engkau ingin mendapatkan semua kupu-kupu, pada akhirnya engkau akan mendapati dirimu kelelahan dan tidak ada satu kupu-kupu yang akan masuk ke jaringmu. Kejarlah jika engkau yakin, tinggalkan jika engkau tidak yakin, jika masih ingin berharap pastikan engkau mempunyai kekuatan untuk mengejarnya. Mungkin tubuhnya masih belum jauh darimu, tetapi hatinya sudah sangat jauh meninggalkanmu.




Ada banyak hal yang akan lebih jelas jika engkau diam, sebab saat diam engkau bisa mendengar suara hatimu sendiri, dan jika engkau peka engkau bisa mendengar suara hatinya. Tetapi kadang diam akan menjadi salah, saat ada yang harus dijawab dan engkau memilih untuk diam. Mengapa harus marah untuk meyelesaikan masalah? kemarahan itu timbul saat hatimu tidak lagi bisa merasakan kedekatan dengan hatinya. Sehingga hatimu berteriak dan ingin hatinya kembali dekat denganmu.

Jangan persalahkan Tuhan saat engkau melihat dirimu sedang mengalami sesuatu yang buruk. Tahukah anda, sesuatu yang buruk terjadi supaya saat engkau menerima sesuatu yang baik, engkau akan merasa sangat bersukacita karenanya. Jangan cepat mengambil kesimpulan tentang hidupmu, sebab engkau belum mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya. Percayakan jalan cerita cintamu kepadaNya, Tuhan adalah penulis naskah cinta terbaik sepanjang masa.





Ada hal-hal yang sulit engkau lepaskan karena hal itu masih engkau sukai. Ada hal-hal yang merupakan kebiasan atau sikap yang buruk dalam diri kita, yang walaupun bukan merupakan sebuah dosa, tetapi jika terus melakukan hal itu, engkau akan terluka dan melukai orang lain. Coba renungkan, berapa banyak orang yang terluka karenamu? Apa penyebabnya? Jangan-jangan karena sikap burukmu itu .

Dua hal yang membuat seseorang itu berubah :
1. Karena ia telah banyak belajar.
2. Karena ia telah banyak terluka.

Salah satu penyebab masalah dalam sebuah hubungan adalah kecemburuan dan rasa memiliki yang sangat besar. Jangan marah terharap orang yang suka cemburu, sebab orang itu sedang dalam ketakutan, ia takut kehilanganmu. Cemburu itu ibarat sebuah bumbu dalam sebuah masakan, terlalu banyak bumbu juga tidak enak. Dalam sebuah pertengkaran, tidaklah penting siapa yang menang, yang penting siapa yang mengalah dan membuat pasangannya menang, dialah pemenang yang sebenarnya. Sama seperti seorang ayah yang sedang bermain panco dengan anaknya, ayah itu akan mengalah dan pura-pura kalah, supaya anak tersebut merasa bangga dan senang. Maukah engkau mengalah demi pasanganmu?




Jika engkau masih diberikan waktu sekali lagi untuk dapat mencintai orang yang sama, maukah engkau menanggalkan egomu dan pergi mengikuti orang yang engkau cintai itu? Tahukah anda, cinta itu punya kekuatan yang dahsyat, bahkan semua hal-hal yang tadinya sulit, jika ada cinta, itu akan menjadi mudah. Cinta dapat membengkokkan baja yang keras dan tebal, Cinta dapat menghancurkan batu yang keras dan Cinta dapat membuat engkau lebih memahami pribadi setiap orang. Jika engkau memang mencintainya, engkau akan rela kehilangan semua hal lain, demi untuk mendapatkan dirinya, tetapi jika sampai sekarang ada hal-hal yang tidak mau engkau lepaskan, dan rela kehilangannya artinya engkau cuman mau dia berada disisimu, tetapi tidak mau memilikinya.





Dengan terus mengulangi kesalahan yang sama, akan membuatmu terlihat seperti orang lemah yang belum dapat mengalahkan sifat burukmu. Belajarlah, semua kata-kata ini bertujuan untuk supaya engkau belajar, bahwa hanya ada 2 pilihan untuk berubah, belajar yang banyak, atau nanti engkau akan berubah karena telah banyak disakiti. Pilihan ada ditanganmu.

Milikilah kecantikan batiniah yang jarang dimiliki oleh orang-orang lain. Sifat-sifat itu antara lain: kejujuran, keterbukaan, ketulusan, dan kepercayaan. Jika engkau memiliki sifat-sifat tersebut, engkau sebenarnya tidak perlu mencari pasangan hidup, merekalah yang akan mencarimu, sebab sifat-sifat itu sudah banyak ditinggalkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan namanya komitmen. Hati mereka telah membeku, sebab sakit dimasa lalu yang telah dideritanya.

Cinta itu ibarat sepasang sepatu, jika memang cocok dengan kakimu, engkau tidak perlu memaksakan untuk bisa masuk. Jika memang terasa sempit dan engkau terus memakainya, jangan heran sepatu itu akan melukai kakimu. Jika dia memang pasangan hidup yang Tuhan berikan kepadamu, dia tidak akan terus menerus melukaimu dengan tindakan yang sama.




Don't love cause you pity. Don't love cause you wanna be loved. Love, cause your heart loves.
If you give your trust to a person who does not deserve it, you actually give him the power to destroy you.
If God gives me one more chance to love/forget you, I will choose to forget you. Because once I love you, I can't forget you.


"When I say, "I love you," it's not because I want you or because I can't have you. It has nothing to do with me. I love what you are, what you do, how you try. I've seen your kindness and your strength. I've seen the best and the worst of you. And I understand with perfect clarity exactly what you are. You're a hell of a woman."

KARENA CINTA TIDAK SELALU HARUS BERWUJUD BUNGA

saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus

Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. “Mengapa?”, tanya suami saya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,” jawab saya. Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?” Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya : Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjatgunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok. “Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan… “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya. “Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baik kamu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal. “Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami. “Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu.”

“Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu. “Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya. “Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.

Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu. “Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya. “Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu.”

“Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia. “Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.